PORTALSWARA.COM — Puncak belanja masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), diperkirakan pada Rabu (28/12/2022) hingga Kamis (29/12/2022). Terjadinya deflasi Sumut Desember pertanda buruk.
Menurut Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, belanja masyarakat meningkat konsisten. Dan deflasi Sumut Desember pertanda buruk.
“Saya proyeksikan belanja masyarakat akan meningkat secara konsisten hingga hari tersebut. Karena pada hari Jumat saya memperkirakan mobilitas masyarakat akan banyak ke luar kota,” ungkapnya, Selasa (13/12/2022).
Karenanya, sambung dia, belanja akan menurun drastis setelahnya. Namun bukan berarti laju kenaikan harga barang akan berhenti disitu. Sejauh ini, sejumlah komoditas pangan yang perlu di perhatikan agar harganya bisa terkendali adalah bawang merah, telur dan daging ayam, tepung dan cabai.
“Beberapa sumber protein lainnya seperti ikan segar maupun daging sapi juga berpeluang mengalami lonjakan demand atau permintaan,” ucap Ketua Tim Pemantau Harga Pasar Sumut ini.
Akan tetapi, dia menilai untuk daging sapi maupun ikan segar harganya tidak akan merangkak jauh dari yang sekarang. Terlebh untuk pelaku usaha pedagang daging sapi yang harganya sulit untuk dinaikkan. Sementara untuk harga ikan segar diperkirakan masih tidak akan banyak berubah dan bertahan mahal seiring dengan pasokan ikan segar yang masih bermasalah.
Namun untuk sejumlah komoditas lainnya masih berpeluang berfluktuasi dengan kecenderungan keatas. Ini yang perlu diwaspadai, sehingga koordinasi antar dinas terkait perlu ditingkatkan. Dan umumnya pemerintah daerah kerap melakukan operasi pasar, yang semestinya juga sangat berpeluang untuk bisa menekan demand yang terjadi di pasar, sehingga harganya diharapkan tidak mengalami lonjakan yang tajam.
Pada bulan Desember ini Sumut akan mengalami inflasi dikisaran angka 0.5%. Dan memang harus inflasi seiring dengan permintaan yang mengalami lonjakan setiap akhir tahun. Kalau pemerintah daerah berupaya untuk meredam inflasi, saya pikir inflasi tetap akan terjadi. Sulit untuk mengharapkan terjadinya deflasi di wilayah SUMUT seperti yang sudah terjadi dua bulan sebelumnya.
Justru kalau terjadi deflasi di wilayah Sumut, imbuhnya, maka itu menjadi sebuah pertanyaan besar. Karena bisa saja deflasi justru mengkonfirmasi terjadinya penurunan daya beli yang serius, yang bisa mengindikasikan pelemahan belanja masyarakat, yang turut menjadi gambaran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumut kedepan.
“Walau demikian saya menilai belanja masyarakat di tahun ini khususnya jelang Nataru tidak akan sebaik tahun tahun sebelumnya. Inflasi, dan ancaman resesi ekonomi global telah memaksa masyarakat berhati hati dalam membelanjakan uangnya. Namun tumpuan kita ada pada masyarakat ekonomi menengah keatas, agar tetap berbelanja untuk menggerakan ekonomi,” tandasnya. (psc)