PORTALSWARA.COM, Kuala Lumpur — Terdaftar sebagai pemilih resmi, puluhan juta warga Malaysia menggunakan hak suaranya, memilih deretan tokoh politik Malaysia yang bertarung merebut posisi perdana Menteri (PM).
Pemilu 19 Nopember 2022 akan menentukan suara mayoritas dalam parlemen. Baik dengan partai atau koalisi yang dominan, berhak membentuk pemerintahan baru dan menunjuk Perdana Menteri (PM) selanjutnya.
Seperti dilansir AFP dan Associated Press, Sabtu (19/11/2022), ada 222 kursi majelis rendah parlemen, nyang anggotanya akan ditentukan oleh 21 juta pemilih terdaftar dalam pemilu ini. Jumlah pemilih itu tercatat meningkat 40 persen dibandingkan pemilu tahun 2018 lalu.
Lebih dari 9.000 tempat pemungutan suara, yang kebanyakan didirikan di sekolah-sekolah dan pusat komunitas, akan dibuka selama 10 jam. Penghitungan suara akan dilakukan begitu tempat pemungutan suara ditutup, dengan hasilnya diperkirakan akan bisa diketahui pada malam yang sama.
Pertarungan utama dalam pemilu parlemen kali ini terjadi antara koalisi Barisan Nasional yang dipimpin Partai Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO) yang kini berkuasa, koalisi Pakatan Harapan yang dipimpin tokoh oposisi Anwar Ibrahim dan koalisi Perikatan Nasional yang dipimpin mantan PM Muhyiddin Yassin. Koalisi Perikatan Harapan diprediksi bisa menjadi kuda hitam dalam pemilu tahun ini.
Dibutuhkan sedikitnya 112 kursi dari total 222 kursi, untuk bisa meraup suara mayoritas dalam parlemen Malaysia. Untuk mencegah ketidakstabilan politik yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, para anggota parlemen sekarang dilarang berpindah partai begitu mereka terpilih menjabat.
Koalisi atau partai yang meraup dominasi dalam parlemen akan bertugas membentuk pemerintahan baru dan menentukan PM berikutnya.
Berikut deretan tokoh politik Malaysia yang berpotensi menjadi PM selanjutnya, dilansir dari detik.com, Minggu (20/11/2022).
– Ismail Sabri Yaakob
Ismail yang kini menjabat PM Malaysia, menjadi kandidat petahana. Dia merupakan wakil presiden UMNO dan terpilih menjadi PM sejak Agustus 2021, setelah koalisinya meraup mayoritas tipis menyusul pengunduran diri Muhyiddin saat krisis politik terjadi.
Sosoknya secara luas dipandang kurang berwarna. Ismail menjabat PM ketiga dalam tiga tahun terakhir, yang menggarisbawahi pertikaian antar faksi yang menyelimuti politik Malaysia sejak mantan PM Najib Razak lengser dan terseret skandal korupsi.
UMNO telah menyatakan Ismail akan menjadi kandidat PM jika partainya menang pemilu.
– Anwar Ibrahim
Sosok pemimpin oposisi karismatik yang memimpin koalisi Pakatan Harapan ini sudah sejak lama mengincar jabatan PM Malaysia. Dalam pemilu tahun 2018, Anwar yang beraliansi dengan mantan PM Mahathir Mohamad berhasil mendapatkan kemenangan bersejarah melawan UMNO.
Aliansi mereka berhasil meraup 89 kursi, namun tidak lama kemudian Anwar kembali berselisih dengan Mahathir yang merupakan mantan mentornya.
Anwar yang kini berusia 75 tahun telah menjadi pemimpin oposisi abadi di Malaysia. Para pengamat menilai pemilu tahun ini mungkin akan menjadi kesempatan terakhir Anwar untuk mendapatkan jabatan impiannya itu.
Pernah menjabat Wakil PM Malaysia saat Mahathir berkuasa, Anwar kehilangan dukungan dari mantan mentornya itu pada akhir tahun 1990-an. Dia dijebloskan ke penjara sebanyak dua kali untuk kasus sodomi, namun bersikeras menyatakan dirinya tidak bersalah dan menyebut penahanannya sebagai persekusi politik.
– Muhyiddin Yassin
Koalisi Perikatan Nasional yang dipimpin Muhyiddin, yang juga mantan PM Malaysia ini, dinilai kekuatan ketiga dalam pemilu Malaysia setelah koalisi Barisan Nasional dan Pakatan Harapan.
Para pakar menilai Muhyiddin memenangkan dukungan penting dari etnis mayoritas Melayu, dan mampu merebut sejumlah pemilih dari Barisan Nasional. Koalisi yang dipimpinnya memprioritaskan kepentingan etnis Melayu dan menyertakan partai Islam seperti PAS, yang disebut-sebut menggulirkan syariat Islam.
Muhyiddin menjadi pemain penting dalam kolapsnya pemerintahan Pakatan Harapan yang dipimpin Mahathir tahun 2020 lalu. Dia memimpin sekelompok pembelot untuk membentuk pemerintahan lainnya pada awal pandemi virus Corona (Covid-19).
– Mahathir Mohamad
Mahathir yang kini berusia 97 tahun telah dua kali menjabat PM Malaysia, yakni periode tahun 1981-2003 dan tahun 2018-2020. Dia memerintah dengan tangan besi pada masa jabatan pertamanya, yang seringkali digambarkan sebagai autokrat oleh para pengkritiknya, namun juga dipuji membawa kemakmuran ekonomi.
Dia mengakhiri masa pensiunnya tahun 2018 untuk memimpin koalisi dengan Anwar Ibrahim yang berhasil menggulingkan koalisi Barisan Nasional yang dipimpin UMNO, yang berkuasa selama lebih dari 60 tahun di Malaysia.
Mahathir menjabat PM lagi sesaat sebelum ulang tahun ke-93 namun pemerintahannya kolaps setelah bertahana selama 22 bulan, akibat pertikaian politik.
Dalam pemilu 19 November, Mahathir kembali mencalonkan diri sebagai anggota parlemen untuk wilayah Langkawi. Dia juga memimpin partai baru bernama Gerakan Tanah Air. Namun para pengamat menilai akan menjadi tantangan sulit bagi Mahathir untuk bisa mengamankan masa jabatan ketiga sebagai PM.
– Ahmad Zahid Hamidi
Zahid yang kini menjabat Presiden UMNO, dianggap sebagai kuda hitam sebagai kandidat PM. Dia merupakan loyalis Najib dan pernah menjabat Wakil PM di bawah Najib. Zahid memiliki portofolio keamanan dalam negeri yang kuat.
Meskipun UMNO telah mendeklarasikan Ismail sebagai kandidat PM, ada spekulasi Zahid memposisikan dirinya di UMNO untuk mencalonkan diri. Namun demikian, Zahid kini tengah mengadapi 47 dakwaan korupsi dan putusan hukum terhadapnya akan dijatuhkan segera. (psc/bs)