Tito Karnavian, Bos Densus 88 yang Terseret Skandal ‘Buku Merah’

PORTALSWARA.COM, Jakarta — Tito Karnavian, bos Densus 88 ini santer dikabarkan terseret skandal ‘buku merah’. Nama Tito mendadak kembali jadi sorotan di tengah isu ‘perang bintang’ di tubuh instansi Polri yang sedang memanas.

Eks Kapolri ini kembali terseret dalam skandal ‘buku merah’. Padahal isu ‘perang bintang’ belum lagi usai.

Buku merah merupakan alat bukti penting dalam kasus suap uji materi undang-undang peternakan dan kesehatan hewan yang pernah ditangani KPK.

Diduga, nama Tito Karnavian ada di dalamnya, yang ikut terlibat dalam kasus suap impor daging, menyeret pengusaha Basuki Hariman dan mantan Hakim Mahkamah Konstitusi Patrialis Akbar.

Kendati demikian, sosok Tito Karnavian juga tak bisa dilupakan begitu saja dengan kepiawaiannya dalam meringkus teroris.

Ia dikenal memiliki catatan gemilang saat menjadi bos Densus 88 Antiteror Kepolisian Indonesia.

Lantas, siapa sosok Tito Karnavian? Berikut profil Tito dilansir dari disway.id, Sabtu (19/11/2022).

Profil Tito Karnavian
Nama Jenderal Pol (Purn) Tito Karnavian tidak asing di telinga masyarakat Indonesia.

Hal ini dikarenakan sepak terjangnya cukup memukau sejak menjadi Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.

Jenderal Pol (Purn) Tito Karnavian lahir di Palembang, pada 26 Oktober 1964, yang berarti usianya saat ini adalah 58 tahun.

Ia adalah anak kedua dari enam bersaudara, hasil pernikahan pasangan Muhammad Saleh dan Supriatini.

Pria asal kota pempek ini memilih mengabdi sebagai polisi, meskipun kedua orang tuanya mendambakannya menjadi seorang dokter.

Selama di dunia kepolisian, Tito Karnavian menunjukkan prestasi gemilang dengan kenaikan pangkat dan jabatan yang kadang menyalip para seniornya.

Puncaknya, ia diangkat presiden menjadi Kapolri.

Latar Belakang Pendidikan
Dirinya pernah menimba ilmu di SD Xaverius 4 Palembang, SMP Xaverius 2 Palembang, dan SMA Negeri 2 Palembang.

Baca Juga :  Jokowi Tunjuk Tito Karnavian Sebagai Plt Menko Polhukam Menggantikan Mahfud

Lahir dari kondisi keluarga dengan ekonomi yang kurang beruntung, memicu Tito untuk lebih keras belajar untuk menjadi polisi.

Usahanya lantas tak sia-sia dan berbuah manis.

Ia berhasil lulus pada tahun 1987, saat berusia 23 tahun, dengan menerima bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan Akpol terbaik.

Setelah lulus, ia langsung ditugaskan di Polres Jakarta Pusat.

Pada 1993, dia meraih gelar MA dalam bidang Police Studies di Universitas Exeter, Inggris.

Kemudian, Tito Karnavian menamatkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta pada 1996 dan berhasil meraih Strata 1 dalam bidang Police Studies.

Terakhir, pada 2013 lalu, Tito Karnavian juga mendapat gelar Ph.D Jurusan Strategic Studies with Interest on Terrorism and Islamic Radicalization di S Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapura.

Gahar Jadi Bos Densus 88
Nama Tito Karnavian melambung karena dikenal dengan keberaniannya dalam menangani kasus terorisme.

Ada banyak kasus besar yang berhasil ia tangani, di antaranya, bom di Gedung DPR MPR (2003), bom di Bandara Soekarno-Hatta (2003), bom JW Marriot (2003), pembunuhan Direktur PT Asaba oleh Gunawan Santosa, bom di Cimanggis Depok (2004), bom di Kedubes Australia (2004), Bom Bali II (2005), dan bom di Pasar Tentena, Poso (2005).

Puncaknya, saat bersama Idham Aziz, kini Kabareskrim Polri, berhasil melumpuhkan gembong teroris Azhari Husin alias Dr Azhari di Batu, Jawa Timur, pada 9 November 2005.

Berkat kepiawaiannya menangani kasus-kasus terorisme, Tito Karnavian ditunjuk sebagai Kepala Densus 88 Antiteror pada 2009-2010.

Ketika menjadi Kapolda Metro Jaya, dia dipuji oleh Istana karena kecepatannya dalam menangani teror Bom Thamrin, Jakarta Pusat, pada 14 Januari 2016.

Ia kemudian menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2016.

Baca Juga :  Bukan Cuma Kapolda, Berikut Deretan Kapolres di Sumut yang Dimutasi

Pangkatnya pun ikut naik dari Irjen menjadi Komjen.

Kapolri Termuda
Sepanjang 2016, bisa dibilang menjadi tahunnya Tito Jarnavian.

Dengan karier yang makin cemerlang, ia kemudian terpilih menjadi Kapolri termuda dan melompati empat angkatan di atasnya.

Dilantik pada 3 Juli 2016, dia menggantikan Jenderal Badrodin Haiti yang memasuki masa pensiun.

Terpilihnya Tito menjadi sorotan publik Tanah Air karena usianya yang masih sangat muda, yakni 52 tahun.

Alhasil, ia pun tercatat sebagai Kapolri termuda sepanjang sejarah Polri.

Diduga Terlibat Kasus Suap Daging Impor hingga Singgung Nama Novel Baswedan

Meski memiliki prestasti gemilang, ternyata Tito Karnavian masih memilik kasus yang belum diselesaikan hingga dirinya meninggalkan Polri.

Kasus tersebut adalah penyerangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan.

Diketahui, wajah Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal pada April 2017 sehingga membuat sebelah matanya cacat permanen.

Penyerangan tersebut diduga buntut dari pengusutan suap impor daging oleh pengusaha Basuki Hariman dan mantan Hakim Mahkamah Konstitusi Patrialis Akbar.

Kini, eks Kapolri yang saat ini menjabat sebagai Mendagri itu santer diberitakan tercantum dalam buku merah yang memuat nama-nama penerima aliran dana dari Basuki Hariman. (psc/sugi)