PORTALSWARA.COM — Batik parang dilarang dipakai di pernikahan Kaesang-Erina. Larangan tersebut dilatarbelakangi beragam alasan. Simak!
Salah satu jenis motif batik masyarakat Jawa adalah batik parang. Disebut juga batik keraton, karena batik parang hanya digunakan pada acara adat tertentu di lingkungan kerajaan.
Lantas, bagaimana perkembangan batik parang di Indonesia? Dan mengapa batik parang dilarang dipakai di pernikahan Kaesang-Erina? Simak ulasannya sebagaimana dilansir dari detikNews, Rabu (14/12/2022), berikut ini.
Tentang Batik Parang
Mengutip dari jurnal berjudul “Makna Motif Batik Parang Sebagai Ide dalam Perancangan Interior” yang ditulis oleh Sella Kristie, Tessa Eka Darmayanti, dan Sriwinarsih Maria Kirana, batik parang termasuk motif paling tua di Indonesia. Kata parang berasal dari bahasa Jawa “pereng” yang menggambarkan garis lengkung-lengkung menyerupai ombak di laut.
Batik Kerajaan
Motif pada batik parang menggambarkan kekuatan dan pertumbuhan yang digunakan oleh para raja. Oleh karena itu, batik parang disebut juga batik larangan atau batik keraton karena tidak boleh dipakai oleh rakyat biasa.
Disebut batik larangan karena pada masanya, batik parang tidak boleh digunakan di luar lingkungan Keraton Mataram. Hal itu dikarenakan para kaum saudagar ingin mengkombinasikan motif parang dengan motif lain (parang seling).
Seiring dengan perkembangan zaman, kini batik parang mulai digunakan oleh masyarakat luas untuk berbagai kepentingan. Batik parang sering digunakan sebagai bahan pakaian untuk undangan ataupun acara resmi lainnya.