PORTALSWARA.COM, Aceh – Jalan utama di Kota Kualasimpang sejak Kamis (3/11/2022) dini hari terlihat dipenuhi tumpukan kendaraan. Bahkan hingga siang kemarin belum ada tanda-tanda pergerakan kendaraan yang terjebak tersebut.
Menurut Kapolres Aceh Tamiang, AKBP Imam Asfali, pihaknya sudah mengerahkan seluruh sumber daya untuk mengatasi persoalan itu. Jika situasi memburuk, pihaknya menutup sementara akses lalu lintas. Kendaraan dari arah Banda Aceh menuju Medan diarahkan putar balik.
Demi menghindari penumpukan di atas jembatan Kota Kualasimpang, polisi juga mengontrol posisi kendaraan yang melintas.
“Untuk sementara kita berlakukan putar balik. Kami harap pengendara maklum, karena hal ini untuk mencegah situasi menjadi semakin memburuk,” kata Imam didampingi Kasat Binmas, AKP S Purba.
Terobos banjir
Sejumlah kendaraan berukuran besar terlihat nekat untuk mencoba menerobos banjir yang menggenangi jalan lintas Sumatera pada beberapa titik di wilayah Aceh Tamiang, kemarin.
Kalau kendaraan pribadi belum berani, masih tinggi airnya,” kata Syuibun.
Syuibun mengungkapkan, tumpukan kendaraan itu akibat banyaknya titik genangan air di Jalan Medan-Banda Aceh.
Menurut catatan pihaknya, sebut Syuibun, setidaknya ada lima titik genangan tinggi di jalan nasional tersebut yakni Sriwijaya, Minuran, Kebun Tengah, Sungai Liput dan Simpang Pulo Tiga.
Untuk diketahui, banjir di Aceh Tamiang sudah memasuki hari ketiga.
Ketinggian air semakin meluas menyusul masih tingginya intensitas hujan pada malam hari.
Data terakhir, banjir itu sudah menggenangi 130 kampung yang tersebar di 12 kecamatan.
Sementara warga yang harus mengungsi akibat banjir tersebut diperkirakan sudah mencapai 1.500 jiwa.
Sejumlah kampung terisolir
Dampak lain dari banjir tersebut, sejumlah kampung di Kecamatan Sekerak, dilaporkan terisolir.
Karena itu, warga berharap pemerintah menyalurkan bantuan masa panik kepada mereka karena mereka sudah terkurung banjir selama lima hari.
“Kami sudah lima hari terisolir, dan sampai hari ini (kemarin-red) bantuan apapun belum ada,” kata Sekretaris Kampung Pematang Durian, Burhanuddin, kepada Serambi, Kamis (3/11/2022).
Untuk diketahui, Kampung Pematang Durian, Kecamatan Sekerak, dihuni oleh 100 Kepala Keluarga (KK) atau 357 jiwa.
Kampung ini berada di balik Sungai Tamiang dan untuk menuju ke sana harus menyeberang dengan rakit.
“Rakit masih ada, kami ikat biar tidak hanyut,” kata Burhan.
Burhan mengatakan, dua akses menuju kampung mereka yaitu Sulum dan Sekumur, sudah terendam banjir sejak lima hari lalu.
Kondisi itu diperparah lagi dengan kondisi air sungai yang meluap hingga merendam rumah penduduk.
“Ada jembatan yang sedang dibangun, tapi kami lihat sampai hari ini tidak ada lagi kelanjutannya,” ungkap Burhanuddin.
Informasi yang dihimpun, kondisi serupa juga dialami kampung lain di Sekerak.
Setidaknya ada lima kampung lain di kecamatan itu yang masih terisolir yakni Balai Karang, Sulum, Juar, Sekumur, dan Suka Makmur. (psc/sugi)